Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perempuan Tidak Harus jadi Super Woman

Kadang.. yang memojokkan perempuan adalah sesama perempuan.

Sehingga.. perempuan merasa perlu menjadi super woman. Yang bisa segala-galanya. Tanpa dibantu siapa pun.

Karena takut.. kalau meminta bantuan akan dianggap tidak bisa apa-apa.

Karena takut dipandang sebelah mata. Karena takut menjadi bahan omongan orang lain.

Dan dengan semua pencapaiannya. Dengan segala hal baik yang dilakukan berulang kali setiap harinya.. tidak ada apresiasi yang hadir.

Sehingga.. jadi merasa perlu mengapresiasi diri sendiri. Dengan membanggakan diri dan menjatuhkan orang lain.

Tanpa apresiasi dan tanpa bantuan.. yang akhirnya (sadar tidak sadar) terlampiaskan ke anak.

Marah pada anak. Mengasuh anak secara tidak optimal. Menuntut anak di luar batas kemampuannya.

Untunglah sekarang semakin banyak yang sadar.. bahwa perempuan bukan super woman, yang mesti melakukan segalanya seorang diri.

Perempuan perlu bersama dengan pasangan mengasuh anak, bukan sendiri. Karena buatnya berdua, tentu mengasuhnya adalah tanggung jawab berdua.

Perempuan perlu saling mengapresiasi, bukan justru sikut-sikutan.

Karena.. jika kita tidak memutuskan rantai hubungan yang tidak sehat ini.. lagi-lagi anak kita yang akan menjadi 'korban'nya.

Anak perlu kita.. untuk mengasuh secara optimal.

Dan itu dimulai dari orang tua yang sama-sama hadir. Bukan hanya ibu saja.

Dan ibu.. yang saling mendukung sesama ibu dan wanita lainnya. Bukan justru saling menjatuhkan.