Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hadits - Hadits Palsu Seputar Puasa




Assalamua'laikum warahmatullahi wabarakatuh

Sahabat-sahabat sekalian, Alhamdulillah atas rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala kita diberikan kesempatan sampai pada bulan Ramadan di tahun ini. Kita memohon kepada Allah semoga seluruh amal ibadah kita diterima oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Baik ini ada yang menarik, ada yang mengatakan bahwa awal Ramadhan itu penuh dengan rahmat, pertengahannya Maghfirah atau ampunan, dan di ujungnya itkum minannar atau pembebas dari neraka. Pernah dengar pernyataan itu? ada yang menyebutnya sebagai hadits, ternyata setelah dikaji oleh para ulama, ada hadits-hadits yang terkait dengan Ramadhan statusnya bermasalah bahkan diduga palsu. Di antara hadits-hadits itu kita coba akan kaji dalam kesempatan episode saat ini dan mudah-mudahan ada manfaat yang bisa kita dapatkan.

Hadits yang pertama yang kita dapatkan riwayatnya panjang, bahkan disandarkan pada sahabat Salman Al Farisi, ada yang menyandarkan kepada sahabat Ali bin Abi Tholib yang diduga bahkan keduanya tidak pernah menyampaikannya. Apa kalimatnya, dalam hadits tersebut dikatakan "telah tiba bulan Ramadhan", kemudian yang paling menarik "Awalnya adalah Rahmat, pertengahannya itu penuh dengan ampunan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kemudian akhirnya pembebas dari neraka". Maka kemudian ada orang yang membagi Ramadhan ke dalam 3 bagian sehingga menyebutkan 10 hari pertama Rahmat, 10 hari kedua khusus ampunan Allah subhanahu wa ta'ala dan 10 hari ketiga ada peluang dibebaskan dari api neraka.

Pernah mendengar ungkapan tersebut? hadits ini diteliti oleh para pakar hadits, ahli ahli di bidang hadits dan menyimpulkan bahwa hadits ini bermasalah bahkan derajatnya ada yang menemukan bahwa sampai ke derajat Hadits palsu. Tingkat dhaifnya tinggi, paling minimal kata para ulama statusnya semi palsu / hadits matruk.

Jadi ada 3 M bermasalah, kalau ada satu diantara tiga ini maka haditsnya cenderung ditolak oleh para ulama :

  • M yang pertama disebut dengan munkar, hadits yang diriwayatkan oleh orang yang tertuduh seringkali berbuat maksiat. Dia meriwayatkan hadits tapi terlihat suka berbuat salah, ada yang mabuk, ada yang berselisih, maka haditsnya diingkari oleh para ulama.
  • M yang kedua disebut dengan matruk namanya, bukan sekedar diingkari, ditinggalkan, nah orang ini seringkali berbicara dusta sehingga tidak bisa dibedakan mana dusta mana hadits yang keluar dari lisannya. 
  • M yang ketiga ini yang paling tinggi disebut dengan maudhu' yaitu hadits yang sengaja dipalsukan dan diatasnamakan pada nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Di antara golongan hadits maudhu bahkan minimal matruk adalah Hadits yang menyebutkan awal pertama Ramadhan rahmat, pertengahannya maghfiroh dan ujungnya pembebas dari neraka.

Kembali ke hadits tersebut, lalu apa indikasinya? Hadits tersebut bertentangan langsung dengan hadits-hadits Nabi yang lain yaitu hadits yang shahih.

Dalam hadits yang shahih mengatakan semua Ramadhan siang dan malamnya, pertama sampai akhirnya itu berisi rahmat dan ampunan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Jadi Nabi sendiri tidak pernah memisah-misah antara awal, akhir, pertengahan. Tapi Beliau berkata di Al-Bukhari nomor Hadits 38,  Siapa yang puasa setiap hari Ramadhan, awalnya, tengahnya, akhirnya dilakukan karena Allah ikhlas mengharap pahala, maka akan diampuni semua dosa-dosanya. Jadi sejak awal Ramadhan ampunan sudah ada. Kemudian di nomor Hadits 37 sebelumnya, di Al Bukhari dikatakan bukan hanya siangnya, jika malamnya bermohon kepada Allah SWT ampunan, salat dengan baik, minta ampunan, jika ikhlas dikerjakan maka akan diampuni semua dosanya. Ini menandakan hadits yang dimaksudkan di Paragraf kedua di atas bertentangan dengan hadits-hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.

Sesi Tanya Jawab 

Apa benar menjalankan ibadah umroh di bulan Ramadhan pahalanya senilai Haji?

Jawab ustadz :

Kita lihat haditsnya, ada seseorang riwayatnya hampir disetiap kitab-kitab hadits yang sahih yang dipercaya, ada seorang yang ditanya oleh Nabi "Kenapa kamu tidak berhaji tahun ini?" kata orang ini "Ya Rasulallah saya nggak punya kemampuan berhaji" sebab yang pertama ada yang mengatakan "ada yang saya rawat di rumah sehingga nggak bisa ditinggalkan", yang kedua riwayat mengatakan "Ya Rasulallah, saya punya kesibukan di bulan-bulan ini nggak bisa saya tinggalkan", kata Nabi "kalau tak mampu kamu berhaji di bulan-bulan Haji, maka berangkatlah umrah di bulan Ramadhan karena pahalanya senilai dengan Haji". Pahalanya yang senilai dengan Haji Bukan dia sudah Haji. Awas jangan salah menyimpulkan. Jangan karena anda menunggu kuota lama-lama, "kita haji saja ada di bulan Ramadan yuk", nah itu salah menyimpulkan. Jadi tidak ada haji di Bulan Ramadhan, yang ada pahalanya senilai Haji. Kenapa pahalanya dinilai berlipat senilai Haji? Karena perjuangan orang Umroh di Bulan Ramadhan Itu perjuangannya lebih daripada biasa, persis seperti orang haji berjuang, berjuang secara fisiknya dari mulai wukuf ke Muzdalifah cari batu sampai Lontar sampai Jalan begitu panjang, fisiknya terkuras, maka persis seperti orang puasa kemudian umrah. Dari mulai tawaf, dia kemudian naik turun sa'i sampai semua dikerjakan dalam keadaan menahan lapar dan haus, maka itu yang melipat gandakan pahalanya.

Berkaitan dengan puasa dan membersihkan hati, bulan Ramadan itu kan memang bulan yang penuh berkah dan kita memang menjadi saatnya kita buat membersihkan hati. Nah sebelum memasukinya saja kalau bisa kita saling memaafkan satu sama lain, bagaimana apabila kita kan manusia biasa, kita punya rasa kecewa, punya rasa sakit hati yang kadang-kadang susah buat kita hapus kan, Bagaimana supaya kita bisa menjadi orang yang ikhlas bisa melupakan, bisa memaafkan, karena kan kodratnya manusia pasti gampang lah buat sakit hati, marah dan sebagainya?

Jawab ustadz :

Apa yang anda sampaikan, kisahnya pernah terjadi di masa lalu. Sehingga Allah menawarkan tawaran spesial kalau dia bisa mengikhlaskan semua perasaan yang dirasakan, maka turunlah Alquran surah ke-3 Ali Imran ayat 133-134 paling kanan sebelah atas di mushaf, perhatikan kalimatnya "Bergegaslah anda mengevaluasi diri, mohon ampunan kepada rabbmu, koreksi banyak yang salah dalam hidup, dan bermohonlah, berharap, bercita-cita mendapatkan anugerah surga Seluas Langit Dan Bumi, Kompleks tinggal seseorang di dunia bisa luas tapi tidak ada yang Seluas Langit Dan Bumi. Allah sediakan khusus untuk orang Taqwa tapi bukan taqwa biasa, tapi spesial, siapa taqwa yang dimaksud? di ayat 134, golongan pertama yang sedang infaq di saat punya Bahkan tak punya pun masih pengen infaq, di dalam keadaan tak punya pun masih mereferensikan, saya nggak punya barangkali mungkin baju saya bisa dijual, barangkali teman saya mungkin bisa ngasih, dia referensikan. Itu surganya seluas langit dan bumi. Yang kedua orang yang sanggup menahan marah. Yang ketiga orang yang bisa memaafkan kesalahan orang lain. Jadi kalau anda ada tawaran, perhatikan tawarannya, mau mempertahankan amarah di dalam jiwa atau menukarnya dengan surga Seluas Langit Dan Bumi. Maka jangan tunggu, hilangkan Itu semua, dan tidak ada faedahnya mempertahankan kemarahan di dalam jiwa.

Ada hadits yang mengatakan bahwa seorang yang berpuasa itu bau Mulutnya lebih harum dari minyak kasturi, ini bagaimana? 

Jawab ustadz :

Itu ada di Kitab Imam Al Bukhari di kitabushiyam nomor hadits yang pertama posisinya paling kanan sebelah bawah, "Sungguh bau mulut orang yang puasa itu nilainya lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat dibandingkan dengan minyak kasturi". Kasturi itu kalau di Arab minyak yang paling wangi. Orang mengatakan baru dibuka belum dipakai udah wangi, ini ada orang yang bau mulutnya lebih wangi dibandingkan wangi kasturi, siapa itu adalah bau Mulutnya orang yang puasa. Tapi apa yang dimaksud di hadits itu? apakah diartikan Jangan pernah sikat gigi? Tentu bukan, yang dimaksud Hadits ini adalah kata para pakar hadits yang dimaksud adalah makna majazi karena orang puasa itu menjaga lisannya dari perbuatan maksiat, dia tidak berghibah, dia tidak mencela orang, dia tidak berbuat yang kotor. Nah semua nilai itu wangi di sisi Allah karena mendatangkan pahala.

Apakah benar ada hadits untuk orang yang lupa makan dan minum saat berpuasa?

Jawab ustadz :

Ada orang yang saat puasa lupa, lantas makan, begitu habis dia lupa bahwa dia sedang puasa,  bagaimana status yang seperti itu? Itu sama, di Kitab Al Bukhari Kitabusshiyam halaman 43 yang paling kiri di pertengahan haditsnya. Bahkan dituliskan, bab orang puasa yang lupa, lantas dia makan dan minum, maka apa kalimat Nabi SAW pada masa itu? Kata Nabi kalau kalian lupa sedang berpuasa kemudian makan dan minum, maka kalau anda dalam status lupa silakan teruskan puasanya. Jadi ketika anda sedang berpuasa, tiba-tiba tengah siang hari jam 1  anda makan, kemudian minum, setelah selesai Lupa, kata Nabi teruskan puasanya, puasanya tidak dianggap batal, karena yang memberikan makan dan minumnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Tapi ini yang dimaksud bukan pura-pura lupa, misal malam-malam berdoa dalam tahajud, ya Allah jadikan aku besok lupa, tidak seperti itu ya. Yang dimaksud adalah tiba-tiba lupa begitu saja. Jelas ya? itulah yang disampaikan.

Terakhir awas ada orang yang mengisi puasanya dengan banyak tidur. Misal sehabis taraweh tidur, sehabis Subuh tidur, ke kantor cari musala tidur, tidur tidur lagi. Nah ini terjebak Hadits palsu, Hadits yang berbunyi "Tidurnya orang puasa itu ibadah". Itu hadits-hadits palsu karena bertentangan dengan esensi puasa, orang puasa itu banyak beraktivitas bukan banyak tidur, kalau orang tidur nggak ada amalan sedangkan nabi mengajak orang banyak beramal. Maka cukuplah itu dalil menjadikan apa yang disampaikan dianggap sebagai hadits palsu.

Penutup

Baik teman-teman sekalian penting untuk kita mengetahui bahwa semua Amalan kita mesti bersandarkan pada ketentuan dalam syariat, tuntunan dari Alquran dan pedoman dari Nabi SAW. Tapi juga kita mesti teliti untuk membaca hadits-hadits Nabi Karena tidak semua yang dikatakan bersumber dari Nabi, namun statusnya dianggap benar dari Nabi SAW.

Semoga Allah menerima puasa kita, menerima semua Amalan kita, membebaskan kita dari hal-hal yang tidak kita pahami dan memberikan pemahaman terbaik untuk mengantarkan kita ke surga. Ya Allah Jadikan kami termasuk hamba-hamba-Mu yang senantiasa bersemangat untuk belajar, belajar dan belajar. Ya Allah anugerahkan kepada kami manfaat dari setiap apa yang kami pelajari. Ya Allah, dan jadikan apa yang telah kami pelajari itu mengundang manfaat bagi kami di dunia dan akhirat. Ya Allah, dan berikan petunjuk kepada kami untuk mengamalkan apa yang telah kami pahami. Jangan biarkan setiap ilmu mengendap dalam tulisan ataupun benak kami tanpa kami amalkan. Kami takut dengan FirmanMu ya Allah, yang mengatakan engkau pandai mengajak orang, engkau pandai menyampaikan pada orang, engkau menuliskannya dalam catatanmu, tapi engkau sendiri tidak mengamalkannya, maka di manakah pemikiran dan otak mu. Ya Allah kembalikan kami ke surga yang terbaik sebagai orang-orang yang berilmu, mengikuti tuntunan sunnah rasul-mu dan pertemukan kami dengan orang-orang terbaik dalam kebaikan.


Sumber : Tausiyah Ustadz Adi Hidayat
https://www.youtube.com/watch?v=Sn1x3tt4U7g