Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Orang Tua yang mengungkit jasanya terhadap anak

Panjenengan iku wis murtad yo Mbak.

Pemikirane ngawur, sesat dan liberal.

Wong kere tapi ra nyadar kondisi.

Kamu itu sudah murtad (keluar dari agama Islam) ya Mbak.

Pemikiran kamu salah, menyesatkan dan liberal.

Orang miskin tapi tidak sadar akan kondisi ekonominya.

Kalimat ini pernah dilontarkan oleh oknum ke Ibu saya.

Berawal dari dia yang kepo, eh malah marah-marah sendiri setelah Ibu jawab semua pertanyaannya.

Oknum : Aku dengar-dengar anakmu sudah kerja di Jakarta, pasti gajinya gede Mbak?

Ibu : Alhamdulilah.

Oknum : Per bulan kasih kiriman berapa ke kamu Mbak?

Ibu : Tiap hari Ahmad kasih kiriman doa tulus untuk saya sebagai Ibunya.

Oknum : Bukan kiriman doa Mbak. Tapi kiriman uang.

Ibu : Tidak ada. Saya menolak dikirimi uang oleh Ahmad. Dia tidak ada utang apapun kepada saya. Justru saya berutang kebahagiaan untuk hidupnya.

Oknum : Loh, kok pemikiran kamu gitu Mbak? Padahal kamu masih miskin. Lebih enak berhenti kerja dan hidupnya ditanggung sepenuhnya oleh anak.

Ibu : Saya tidak pernah kepikiran seperti itu. Miskin atau kaya, sudah jadi tugas saya merawat anak. Lagian saya tidak mau bergantung ke anak. Tugas saya membawa dia keluar dari kemiskinan.

Oknum : Bicaramu ketinggian Mbak. Sadar diri.

Ibu : Allah sesuai prasangka hambanya. Ketika saya ikhtiar ingin merubah status ekonomi, mandiri di masa tua dan punya dana pensiun, Insyaallah bisa. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah sang maha kaya.

Oknum : Jangan bawa-bawa Allah. Panjenengan iku wis murtad yo Mbak. Pemikirane ngawur, sesat dan liberal. Wong kere tapi ra nyadar kondisi.

Ibu : Silahkan ngomong apa saja yang anda kehendaki. Birul walidain bukan berarti anak kasih uang ke kita per bulan. Dengan dia jadi anak baik, karyawan yang amanah, ibadahnya rajin, Insyaallah sudah birul walidain. Jangan sempitkan makna berbakti hanya sekedar memberi materi.

Oknum : Terserah aku Mbak. Kalau aku pokoknya anak-anak wajib kasih apa yang orang tuanya mau. Dikira ngurus dia dari kandungan sampai gede itu murah. Utang anak ke orang tua tidak akan lunas.

Ibu : Itu pemahaman anda, bukan pemahaman saya. Anak bagi saya titipan Allah. Masak titipan kita akui sebagai hak milik, malu saya sama Gusti Allah.

Sumber percakapan saya salin dari buku catatan Ibu dan sudah saya terjemahkan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.

Sebagai anak, saya berbakti bukan karena ditakut-takuti.

Saya berbakti bukan karena diancam dengan sebutan anak durhaka.

Saya berbakti karena sepenuhnya sayang sama Ibu.

Beliau bukan tipe orang tua yang suka mengungkit-ungkit pemberian, perjuangan atau hal lain.

Bagi Ibu, mengandung, melahirkan, menafkahi dan mengasihi itu kuasa Allah.

Bukan karena kehebatan kita sebagai orang tua.

Jadi pantang buat Ibu untuk mengungkit-ungkit sesuatu yang merupakan ranah kuasa Allah.


Mengutip dari Quora :

https://id.quora.com/Bagaimana-pendapat-kalian-tentang-orangtua-yang-mengungkit-ungkit-apa-saja-yang-telah-dilakukan-terhadap-anaknya-saat-mereka-sedang-berselisih-dengan-anaknya/answer/Ahmad-201?ch=10&oid=1477743736694886&share=224d5c69&srid=u71IzB&target_type=answer